Salah satu muwashafat (karakteristik) seorang muslim adalah nafi’un
lighoirihi yaitu menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain. Hal ini
sudah ditegaskan oleh Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wallam dalam
sabdanya:
خير الناس أنفعهم للناس
“Sebaik-baik
manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”
Maka,
kebermanfaatan seorang manusia dalam kehidupannya akan menjadi nilai tambah
bagi dirinya dalam menggapai ridho Allah dan itu akan menjadi amal jariyah
untuknya, amalan yang terus mengalir, berkembang dan menjadi tabungan kebaikan
sebagai bekalnya di yaumil akhir.
Untuk menjadi
pribadi yang seperti itu harus sudah dimulai dengan memasang niat, membulatkan
tekad bahwa kita layak menjadi pribadi yang bermanfaat bagi orang lain, serta
memohon kepada Allah bahwa kita memang layak dipilih OlehNya untuk menjadi
Pribadi yang seperti itu. Maka di antara tips-tips untuk merealisasikannya
adalah:
Pertama: Membiasakan diri merasa senang dan
Bahagia dalam membatu orang lain.
Rasulullah Shallallahu
alaihi wallam bersabda:
من نفس عن مؤمن كربة من كرب الدنيا نفس
الله عنه كربة من كرب يوم القيامة
“Barang
siapa yang melapangkan suatu kesusahan seorang mukmin di dunia, maka Allah akan
melapangkan kesusahannya di hari qiyamat.”
Masih di hadits
yang sama Rasulullah Shallallahu alaihi wallam bersabda:
والله في عون العبد ما كان العبد في عون
أخيه
“Allah
senantiasa menolong hambaNya selagi hamba itu menolong saudaranya.”
Dari hadits ini
sungguh jelas bahwa diantara cara agar menjadi pribadi yang bermanfaat bagi
orang lain adalah memperbanyak aktifitas membantu orang lain dengan hati yang
ikhlas dan bahagia, karena akan menjadi sia-sia apabila suatu amalan yang
dilakukan dengan keterpaksaan dan tanpa kesenangan.
Kedua: Mengenal Orang dan Memperkenalkan Diri.
Memperbanyak
berkenalan dengan orang lain adalah peluang besar dalam memperbanyak aktifitas
membantu orang lain, karena sesungguhnya kebaikan-kebaikan yang kita lakukan
seperti; Itsar (mendahulukan orang lain dalam hal muamalah), kemudian
saling memotivasi dalam kebaikan akan kembali kepada kita sendiri sebagai
pelakunya.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman dalam Al-Qur’an surat Al-Haj ayat 77:
... وافعلوا الخير لعلكم تفلحون
“... dan
lakukanlah kebaikan agar kamu menjadi orang yang beruntung.”
Ketiga: Mendirikan Bimbingan Belajar dan Membuat
Fasilitas Umum.
Saat ini banyak sekali anak2 yang membutuhkan bimbingan
belajar disebabkan dengan berbagai factor. Dengan mendirikan bimbingan belajar
dapat membantu anak-anak menyalurkan minat dan bakat sesuai dengan keinginan
mereka. Bukan hanya untuk jenjang anak-anak, melainkan bisa juga untuk usia
dewasa, terutama bimbingan dalam belajar baca dan menghapal Al-Qur’an.
Selain menjalankan sunnah Nabi Muhammad shallallahu
alaihi wasallam yang efek dari mengajar adalah kebermanfaatan ilmu yang
akan terus mengalir pahalanya sampai hari akhir juga dapat membantu dalam mencerdaskan bangsa dan memberantas kebodohan
dan kesenjangan intlektual.
Rasulullah Shallallahu
alaihi wallam bersabda:
إذا مات ابن آدم
انقطع عمله إلا من ثلاث صدقة جارية أو علم ينتفع به أو ولد صالح يدعو له
“jika Anak Adam meninggal dunia terputuslah semua amalannya
kecuali 3; Shadaqoh Jariyah, Iilmu yang bermanfaat, Doa anak Sholeh.
Membuat fasilitas umum adalah bagian dari shodaqoh
jariyah karena akan diberdayagunakan oleh banyak orang. Memang bukan hal yang mudah, karena membutuhkan
kekuatan finansial, tapi kita bisa mengajak orang yang memiliki kelebihan
rezeki untuk membuat fasilitas umum tersebut, sehingga kita menunjukkan jalan
kebaikan kepadanya.
من دل على خير فله
أجر فاعله
“Barang siapa yang menunjukkan suatu kebaikan maka baginya
ganjaran seperti pelakunya”
Keempat: Memperbanyak Berbagi
Banyak sekali
cara untuk berbagi, seperti; mengadakan Baksos, membagikan sembako dll., dengan
berbagi sesungguhnya kita sedang melatih diri kita untuk dapat menerima tanpa
meminta, menebar manfaat dalam pergaulan dan berbahagia dengan suasana. Karena
apapun yang kita berikan sesungguhnya tidak akan pernah hilang, ia akan kembali
dalam bentuk yang lain.
Allah subhanahu
wata’ala berfirman:
مثل الذين
ينفقون أموالهم في سبيل الله كمثل حبة أنبتت سبع سنابل في كل سنبلة مائة حبة والله
يضاعف لمن يشاء والله واسع عليم
“Perumpamaan (nafkah
yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan
Allahadalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang
Dia kehendaki. dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha mengetahui.” (QS.
Al-Baqaroh: 261)
Kelima: Menjenguk Orang Sakit.
Rasulullah Shallallahu
alaihi wallam bersabda:
إِذَا عَادَ
الرَّجُلُ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ مَشَى فِيْ خِرَافَةِ الْجَنَّةِ حَتَّى يَجْلِسَ
فَإِذَا جَلَسَ غَمَرَتْهُ الرَّحْمَةُ، فَإِنْ كَانَ غُدْوَةً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ
أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُمْسِيَ، وَإِنْ كَانَ مَسَاءً صَلَّى عَلَيْهِ سَبْعُوْنَ
أَلْفَ مَلَكٍ حَتَّى يُصْبِحَ.
“Apabila
seseorang menjenguk saudaranya yang muslim (yang sedang sakit), maka
(seakan-akan) dia berjalan sambil memetik buah-buahan Surga sehingga dia duduk,
apabila sudah duduk maka diturunkan kepadanya rahmat dengan deras. Apabila
menjenguknya di pagi hari maka tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar
mendapat rahmat hingga waktu sore tiba. Apabila menjenguknya di sore hari, maka
tujuh puluh ribu malaikat mendo’akannya agar diberi rahmat hingga waktu pagi
tiba.” (HR. at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Imam Ahmad dengan sanad shahih)
Menjenguk orang yang sedang sakit adalah sebuah kewajiban
begi seorang muslim apalagi kalau yang sakit memiliki hubungan langsung
dengannya seperti; saudara, sahabat dll.
Menjengok orang yang sakit adalah perbuatan yang mulia,
selain adab kita sebagai muslim yaitu mendoakan yang sakit, ia juga sebagai
pelajaran bagi yang mengunjungi bahwa sakit adalah bagian dari ujian dari Allah
subhanahu wata’ala.
Wallahu A’lam Bishshawab.
Semoga Bermanfaat.
0 comments:
Posting Komentar