Dalam surat Al-ahzab ayat 35 Allah subhanahu wata’ala berfirman:

إِنَّ الْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْقَانِتِينَ وَالْقَانِتَاتِ وَالصَّادِقِينَ وَالصَّادِقَاتِ وَالصَّابِرِينَ وَالصَّابِرَاتِ وَالْخَاشِعِينَ وَالْخَاشِعَاتِ وَالْمُتَصَدِّقِينَ وَالْمُتَصَدِّقَاتِ وَالصَّائِمِينَ وَالصَّائِمَاتِ وَالْحَافِظِينَ فُرُوجَهُمْ وَالْحَافِظَاتِ وَالذَّاكِرِينَ اللَّهَ كَثِيرًا وَالذَّاكِرَاتِ أَعَدَّ اللَّهُ لَهُمْ مَغْفِرَةً وَأَجْرًا عَظِيمًا 

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang jujur, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu’, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut nama Allah (berdzikir), Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.” (Al-Ahzab: 35)

Dalam ayat ini Allah menyebutkan “wadzakiriinallaha katsira” yaitu orang yang banyak berdzikir kepada Allah.
Allah tidak mengatakan washaadiqiina katsiira, atau yang lainnya. Kata2 katsira itu hanya pada adzdzaakriin, Ini menunjukkan begitu banyak fadhilah dari berdzikir kepada Allah swt.
karena sebanyak-banyak orang berpuasa, tetap harus puasa pada hari atau waktu yang sudah Allah tentukan, tidak bisa sembarang puasa tanpa ada tuntunan dari Allah dan RasulNya. lain halnya dengan Dzikir iya dilakukan kapan saja tanpa terbatas dengan waktu. begitupun sedekah, sebanyak-banyaknya orang yang bersedekah ia hanya bisa dilakukan oleh orang tertentu yaitu mereka yang memiliki harta, lain halnya dengan dzikir, ia tidak perlu mengeluarkan harta, ia bisa dilakukan oleh siapa saja.

Ketika Allah berwasiat kepada Nabi Zakariya dalam surat Ali Imron Ayat 41

قَالَ رَبِّ اجْعَل لِّي آيَةً ۖ قَالَ آيَتُكَ أَلَّا تُكَلِّمَ النَّاسَ ثَلَاثَةَ أَيَّامٍ إِلَّا رَمْزًا ۗ وَاذْكُر رَّبَّكَ كَثِيرًا وَسَبِّحْ بِالْعَشِيِّ وَالْإِبْكَارِ
Berkata Zakaria: "Berilah aku suatu tanda (bahwa istriku telah mengandung)". Allah berfirman: "Tandanya bagimu, kamu tidak dapat berkata-kata dengan manusia selama tiga hari, kecuali dengan isyarat. Dan sebutlah (nama) Tuhanmu sebanyak-banyaknya serta bertasbihlah di waktu petang dan pagi hari".

Begitu juga ketika Nabi Musa Alihissalam mendapatkan anugrah dari Allah, beliau berkata dalam surat Thaha ayat 33-34
“agar kami dapat bertasbih kepadaMu dengan banyak dan juga banyak berdzikir kepadaMu”
Maka, Allah juga sudah memerintahkan kepada kita Agar banyak-banyak berdzikir sebagaimana dalam surat Al-Ahzab ayat 41-42:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا (41وَسَبِّحُوهُ بُكْرَةً وَأَصِيلًا (42)
Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan petang.

Sampai didalam sebuah pertempuran atau dalam kondisi genting pun Allah sudah mengajarkan kita agar tetap berdzikir yang banyak sebagaimana disebutkan dalam surat al-anfal ayat 45

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.

Dan sebaliknya, diantara sifat2 orang2 yang munafiq adalah mereka yang sedikit sekali berdzikir kepada Allah. Sebagaiman Allah abadikan dalam surat AnNisa’ ayat 142

إِنَّ الْمُنَافِقِينَ يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَهُوَ خَادِعُهُمْ وَإِذَا قَامُوا إِلَى الصَّلَاةِ قَامُوا كُسَالَىٰ يُرَاءُونَ النَّاسَ وَلَا يَذْكُرُونَ اللَّهَ إِلَّا قَلِيلًا
Sesungguhnya orang-orang munafik itu hendak menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Apabila mereka berdiri untuk shalat, mereka lakukan dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. Dan mereka tidak mengingat Allah kecuali sedikit.

Berdzikir adalah amalan yang sangat luar biasa, ia tetap sah sekalipun tidak dalam keadaan berwudhu’, tetap berpahala meski tidak menghadap qiblat, ibadah dzikir ini tidak harus mengeluarkan harta, tidak mesti banyak mengeluarkan tenaga, dan amalan dari berdzikir ini tidak ditentukan dengan waktu yang terbatas tidak juga tempat yang tertentu kecuali tempat yang dilarang melakukannya; seperti kamar mandi. Akan tetapi ibadah berdzikir ini membutuhkan taufiq dr Allah swt. Karena tanpa taufiq dariNya susah bagi seseorang untuk melakunnya meski ia pada dasar sangat sanggup untuk melakukannya.

Berdzikir kepada Allah adalah bukti dari kebagahagiaan seseorang, maka semakin banyak seseorang berdzikir kepada Allah, maka semakin banyak juga ia mendapatkan kebahagiaan.
Barang siapa yang berdzikir maka ia akan Allah cintai, barang siapa yg Allah cintai dirinya, maka otomatis Allah akan memberikan taufiq dan hidayah baginya.
Sebagai mana Allah sudah terangkan
وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَّعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Dan perbanyaklah berdzikir kepada Allah agar kalian beruntung.

Ibadah berdzikir ini juga menunjukkan bahwa kita benar2 menyerahkan segala urusan kita kepadaNya, kita benar2 memohon kepada Allah bahwa hanya Dia-lah yang menggenggam kehidupan dan kematian seseorang, Dia-lah yang menjamin kebahagian seseorang, makanya kita banyak memohon kepadaNya.

Dengan berdzikir kepada Allah kita sebagai hambanya akan menemukan ketenangan dalam jiwa, kelapangan hati, keluasan pemikiran sehingga terhindar dari segala penyakit hati.
أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
Hanya dengan mengingat Allah-lah hati akan menjadi tenang (Ar-Ra’d : 28)

Nabi Yunus Alaihissalam misalnya, ketika ia diuji oleh Allah dengan subuah peristiwa ditelannya beliau oleh ikan yang sangat besar, maka yang Nabi yunus lakukan adalah berdzikir kepada Allah, menyerahkan semuanya kepada Allah, sara ia berdzikir dan berdoa.
لا أله إلاّ أنت سبحانك إني كنت من الظالمين
"Tidak ada sesembahan (yang Haq) Selain Engkau, Mahasuci Engkau, Sungguh aku termasuk orang yang berbuat zhalim"

Doa Nabi Yunus begitu singkat dan sederhana, tapi indah dan mesra, akrab dan hormat, penuh dengan adab dan kobaran api tauhid.

Penuh pengharapan, tanpa harus memaksa Allah agar segera mengabulkan.

Coba kita perhatikan, bagaimana Nabi Yunus dalam keadaan terhimpit oleh perut ikan, terasa sekali sesak dan susahnya, begitu gelap keadaannya, tapi beliau mengajarkan kepada kita akan adab berdoa memohon kepada Allah. kita lihat tidak ada di dalam doanya iba-iba yang memelas, apalagi penuh dengan kalimat perintah yang pongah, tapi doanya penuh dengan keagungan, doanya yang pendek itu, dengan segala pengakuan atas keagungan Tuhannya dan pengakuan atas kelemahannya, doanya yang sederhana itu dapat mencakup semua pinta dan kebutuhannya.

“Berdoalah kepada Allah penuh dengan merendahkan diri dan dengan suarah yang pelan, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang melampaui batas.”

Maka dari kisah Yunus ini membuktikan bahwa tidak akan pernah hina orang yang menghinakan diri dihadapan Allah, bahwa tidak akan miskin orang yang befaqir di hadapan Allah, dan tidak akan sengsara orang yang menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT., tapi justru akan menjadi kemulian, kekayaan dan kejayaan.

Makanya, ketika kita mendengar panggilan adzan, dan saat diserukan kepada kita “hayya alash-sholah” mari kita mengerjakan sholat, jawab kita bukan; “siap laksanakan, atau baik saya akan segera melakukannya.”
Begitu juga ketika kita diserukan dengan “hayya alal falaah” mari kita menuju kemenangan, jawab kita juga bukan; “Alhamdulillah saya mau menuju kemenangan itu ya Allah, atau yang lainnya.”

Tapi, Nabi Muhammad sebaik-baik manusia dan setaqwa-taqwa makhluk mengajarkan kita akan jawab tersebut, dan jawaban yang paling jujur tersebut adalah; “laa haula walaa quwwata illaa billah”, tidak ada daya dan upaya dalam meninggalkan maksiat, dan tiada daya dan upaya dalam menjalankan ketaatan kecuali atas pertolongan Allah yang maha tinggi dan maha agung.

Maka, ada ancaman yang sangat besar dari Allah bagi siapa saja yang betpaling dari berdzikir kepada Allah, sebagaimana telah terabadikan dalam surat Thaha : 124-127

وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (١٢٤)قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنْتُ بَصِيرًا (١٢٥)قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى (١٢٦)وَكَذَلِكَ نَجْزِي مَنْ أَسْرَفَ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِآيَاتِ رَبِّهِ وَلَعَذَابُ الآخِرَةِ أَشَدُّ وَأَبْقَى
Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.”
Dia berkata, "Ya Tuhanku, mengapa Engkau kumpulkan aku dalam keadaan buta, padahal dahulu aku dapat melihat?"
Dia (Allah) berfirman, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami, dan kamu mengabaikannya, jadi begitu (pula) pada hari ini kamu diabaikan.”
Dan demikianlah Kami membalas orang yang melampaui batas dan tidak percaya kepada ayat-ayat Tuhannya. Sungguh, azab di akhirat itu lebih berat dan lebih kekal.

Semoga kita diberikan hidayah dantaufiqNya agar selalu menjadi pribadi yang berdzikir kepada Allah, dan dihindarkan dari sifat orang-orang Munafiq dan juga dijauhan dari kebutaan pada hari qiyamat disebabkan berpaling dari berdzikir kepadaNya.

Wallahu a’lam bish-shawaab

***********

Dzikir Khofiy
By: Ustadz Farid Nu'man


Dzikir khafiy adalah mengingat Allah dalam hati dan diri kita, bukan dilafazkan. Dzikir ada tiga macam: 

- di hati
- di hati dan lisan
- dzikir dgn amal

Al Imam An Nawawi Rahimahullah menjelaskan:

الذكر يكون بالقلب، ويكون باللسان، والأفضل منه ما كان بالقلب واللسان جميعا، فإن اقتصر على أحدهما فالقلب أفضل، ثم لا ينبغي أن يترك الذكر باللسان مع القلب خوفا من أن يظن به الرياء، بل يذكر بهما جميعا ويقصد به وجه الله تعالى، وقد قدمنا عن الفضيل رحمه الله: أن ترك العمل لأجل الناس رياء

  “Berdzikir bisa di hati dan di lisan, yang lebih utama adalah berdzikir dengan hati dan lisan secara bersamaan. Jika dihilangkan salah satunya, maka dzikir dengan hati adalah lebih utama. Lalu, hendaknya jangan meninggalkan dzikir lisan dengan hati lantaran takut ada orang yang menyangkanya riya’. Justru dia hendaknya berdzikir dengan keduanya dengan tujuan mencari wajah Allah Ta’ala. Kami telah sampaikan ucapan Al Fudhail bin ‘Iyadh: meninggalkan amal karena manusia adalah riya’.” (Al Adzkar, hal. 11)

  Beliau menambahkan:

اعلم أن فضيلة الذكر غير منحصرة في التسبيح والتهليل والتحميد والتكبير ونحوها، بل كل عامل لله تعالى بطاعة فهو ذاكر لله تعالى، كذا قاله سعيد بن جبير رضي الله عنه وغيره من العلماء.

   “Ketahuilah bahwa keutamaan dzikir tidaklah dibatasi hanya pada tasbih, tahmid, takbir, dan semisalnya. Tetapi semua amal ketaatan yang dilakukan untuk Allah Ta’ala juga merupakan  dzikrullah Ta’ala. Demikianlah yang dikatakan oleh Sa’id bin Jubeir Radhiallahu ‘Anhu dan ulama lainnya.” (Ibid)

Di WC adalah tempat dilarangnya dzikir, yaitu dzikir lisan, statusnya makruh.

Tapi, jika di hati boleh. Sebab Aisyah Radhiyallahu Anha  berkata:

كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَذْكُرُ اللهَ عَلَى كُلِّ أَحْيَانِهِ

Nabi  ﷺ senantiasa berdzikir kepada Allah di setiap keadaannya. (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa Nabi Shalallahu 'Alaihi wa Sallam tidak pernah berhenti berdzikir. Di sisi lain, kita dimakruhkan dzikir di WC. Maka, jalan kompromis dalil yg nampaknya berbeda ini adalah, kemakruhan dzikir di WC itu jika lisankan, ada pun di hati tidak apa-apa.


Wallahu a'lam

0 comments:

Posting Komentar