Gadis kecil itu masih berumur 6 tahun. Tasya namanya. Wajahnya selalu ceria, kepolosannya terkadang membuat orang dewasa di sekitarnya tertawa geli. Sikapnya aktif, siapa saja yang lewat di depan rumahnya selalu mendapat sapaannya. Dia tinggal dengan neneknya, berdua saja. Nampak di raut wajahnya keinginan untuk bertemu kedua orangtuanya, tapi dia terlalu kecil untuk memahaminya.

Pernah sekali aku tanyakan kemanakah gerangan orangtuanya. Jawabnya sangat polos dan lancar, "Ayah lagi di pesantren, kemaren diajak main sama om polisi.

“terus, kalau bunda kemana?” tanyaku lagi sambil jongkok menyesuaikan dengan tinggi badannya. “Kalau bunda lagi cari uang, nanti kalau pulang bawa oleh oleh buatku".

Hatiku terenyuh mendengarnya. Gadis sekecil ini harus kehilangan kasih sayang kedua orangtuanya. Setiap sore menjelang magrib saat mau pergi ke masjid selalu kutemui ia sedang duduk di samping pintu menunggu bundanya, padahal bundanya tidak setiap hari datang. Bundanya hanya datang kalau neneknya menelfon bahwa uang jajannya sudah habis.

Sore ini suasana hari sedikit gerimis. Seperti biasa selepas sholat ashar aku duduk di depan rumah sembari menikmati secangkir kopi buatan istri. Mataku terkadang menyisir semua penglihatan yang tertangkap di depan, tiba-tiba di ujung tatapanku sayup-sayup ada seseorang tergopoh gopoh berlari sambil menggendong anak kecil, berteriak, "Tolong, tasya tenggelam...!". Aku langsung bangkit hingga tidak sadar kopiku tertumpah. Kuseret kakiku menuju rumah gadis kecil itu. Innaa lillahi wa innaa ilaihi roji'un. Tasya, gadis kecil itu kembali ke pangkuan Tuhannya dengan tersenyum. Mulut dan hidungnya masih mengeluarkan air, sisa tenggelam di danau pemancingan. Tasya! dia kembali di ujung harapnya untuk bertemu kedua orangtuanya, dalam pelukan kasih sayangNya.

------------------------------

Link Pentigraf: Gurusiana

Next
This is the most recent post.
Posting Lama

0 comments:

Posting Komentar