Jumat, 09 November 2018

Didiklah Anak Sesuai Dengan Fitrahnya

Fakta baru bahwa Banyak anak didik di SDIT yang hafalannya Banyak tapi paling kasar dan jorok dalam bicara, Sulit diatur dan menjadi Trouble Maker di lingkungannya. Ada beberapa santri di Pondok Pesantren yang dikenal sebagai santri yang hafalannya banyak tapi ternyata mereka pesuka sesama jenis.

Dan ini yang paling Update dan menghebohkan yang saya temukan Kemaren Sore, ada seorang pengajar Lulusan sebuah Ma'had di Timur Tengah, yang katanya Hafalan Quran dan Mutun nya banyak tapi terbongkar menyukai Santri nya yang berjenis kelamin Sama.

Kalau Sudah Begini apanya yang salah..?
Apakah Hafalan Quran tidak Berpengaruh terhadap Fitrah Seksualitas?
.
Maaf, bukannya menggurui atau melecehkan al-Quran, tetapi disinilah letaknya kita harus memahami bahwa Letak Hafalan di Otak manusia tidak sama letaknya dengan Bagian Pengendalian diri dan fitrah seksual. Oleh karena itu Hafalan dengan pengendalian diri adalah 2 mata pisau yang berbeda. Hafalan perlu dihafal dan pengendalian diri perlu dilatih. Hafalan tergantung Kepada Frekwensi Murajaah sedangkan Suka terhadap sesama jenis adalah Penyakit yang bisa disembuhkan.
.
Berikut ini paparan yang perlu disimak dalam mendidik anak :
.
Suatu hari ada seorang orang tua yang curhat yang mana curhatan itu mungkin pernah kita rasakan juga dalam mendidik anak.
.
Beliau berkata :
"Mumpung anak masih kecil, jangan sampai salah seperti saya ya. Anak pertama usia 22 thn hafal 18 juz. Anak kedua dan ketiga semua hafidz dan hafidzah. Tuntas 30 juz.
.
Tapi ...
saya sedih karena untuk sholat saja mereka masih diingatkan dan disuruh. Saya menangis saat saya baru sadar bahwa ada yg terlewat kala itu.
.
Fitrah keimanan yang harusnya ditanam di 7 tahun pertama dalam hidup anak-anak kita ternyata lupa saya kawal lebih ketat dan belum tuntas. Dan sekarang kami harus "restart" dari awal untuk mengulang proses yg terlewat".
.

Didiklah anak sesuai fitrah
Fitrah apa? Ada beberapa fitrah yang harus diarahkan sejak belia, Diantaranya adalah :
.
1. Fitrah Iman
2. Fitrah Belajar
3. Fitrah Bakat dan
4. Fitrah Seksualitas.
.
Fitrah seksualitas? Apa Maksudnya?
.
Mendidik anak sesuai fitrah seksualitas artinya mengenalkan anak bagaimana bersikap, berpikir, dan merasa seperti gendernya.
Jika ia anak perempuan, maka kita bangkitkan fitrah seksulitasnya sbg perempuan.
.
Jika ia laki-laki maka kita bangunkan fitrah seksualitasnya sebagai laki-laki.
.
Pertanyaan berikutnya yg muncul, bagaimana teknis membangkitkan fitrah seksualitas ini ?
Ada beberapa tahap yg perlu kita kawal di tiap fasenya.
.
1. Usia 0 - 2 tahun
.
Pada usia ini anak harus dekat dengan bundanya.
.
Pendidikan tauhid pertama adalah menyusui anak sampai 2 tahun.
Menyusui, bukan memberi asi. Langsung disusui tanpa pumping dan tanpa disambi pegang hp.
.
2. Usia 3 - 6 tahun
.
Pada usia ini anak harus dekat dengan kedua orang tuanya.
.
Dekat dengan bundanya, juga dekat dengan ayahnya. Perbanyak aktivitas bersama.

3. Usia 7 - 10 Tahun
Pada usia ini dekatkan anak sesuai gendernya.
.
Jika anak laki-laki, maka dekatkan dengan ayahnya.
Ajak anak beraktifitas yang menonjolkan sisi ke-maskulin-annya. Nyuci motor, akrab dg alat-alat pertukangan, dsb.
.
Jika anak perempuan, maka dekatkan dengan bundanya.
Libatkan anak dalam aktifitas yg menonjolkan ke-feminin-annya. Stop katering dan banyak utak atik di dapur bersama anak, melibatkan saat bersih-bersih rumah, menjahit dsb.
.
4. Usia 11 - 14 tahun
Usia ini sudah masuk tahap pre aqil baligh akhir dan pada usia ini mulailah switch/menukar kedekatan.
Lintas gender.
.
Jika anak laki-laki maka dekatkan pada bundanya.
Jika anak perempuan, maka dekatkan pada ayahnya.
.
Ada sebuah riset yg menunjukkan jika seorang anak perempuan tidak dekat dengan ayahnya pada fase ini maka data menunjukkan anak tersebut 6x lebih rentan akan ditiduri oleh laki-laki lain.
.
Di sebuah artikel parenting dulu, saya juga menemukan hal senada.
.
Jika tdk dekat dengan ayahnya, maka anak perempuan akan mudah terpikat dengan laki-laki yang menawarkan perhatian dan cinta meski hanya untuk kepuasan dan mengambil keuntungan semata._
.
Logis juga sih. Saat ada laki-laki yang memuji kecantikannya, mungkin ananda gak gampang silau karena ada ayahnya yg lebih sering memujinya.
Kalau ada laki-laki yang memberikan hadiah, ananda tak akan gampang klepek-klepek karena ada ayahnya yg lebih dulu mencurahkan perhatian dan memberi hadiah.
.
Pada fase ini jika anak perempuan harus dekat dengan ayahnya, maka sebaliknya, anak laki-laki harus dekat dengan bundanya.
.
Efek yang sangat mungkin muncul jika tahap ini terlewat, maka anak laki-laki punya potensi lebih besar untuk jadi suami yg kasar, playboy, dan tidak memahami perempuan.
.
Ada yang tanya, lho kalau ortunya bercerai atau LDR bagaimana?
Hadirkan sosok lain sesuai gender yg dibutuhkan.
Misal saat ia tak punya ayah, maka cari laki-laki lain yg bisa menjadi sosok ayah pengganti. Bisa kakek, atau paman.

Sama dengan Rasulullah. Meskipun tak punya ayah dan ibu, tapi Rasulullah tak pernah kehilangan sosok ayah dan ibu. Ada kakek dan pamannya. Ada nenek, bibi dan ibu susunya.
.
Fase berikutnya setelah 14 thn bagaimana?
Sudah tuntas. Karena jumhur ulama sepakat usia 15 thn adalah usia aqil baligh.
.
Artinya anak kita sudah "bukan" anak kita lagi.
Ia telah menjelma menjadi orang lain yg sepadan dengan kita. Maka fokus dan bersabarlah mendampingi anak-anak, karna kita hanya punya waktu 14 tahun saja.

Saling mengingatkan, saling menguatkan, saling mendoakan ya teman-teman.
Moga Allah mampukan dan bisa mempertanggung jawabkan amanah ini kelak di hari penghitungan..

Selamat berkumpul dan merajut cinta bersama keluarga. Apapun keadaannya, jangan lupa bersyukur dan bahagia ya..
______
Disadur dari FBE
Sekolah Inklusi  Al_Muttaqin

Jumat, 21 September 2018

Tadzkirah Imam Syahid Hasan Albanna Dalam Berjama'ah


Oleh Ustadz Imam Santoso.Lc

من أقوال حسن البنا – رحمه الله - :
يَقُوْلُ حَسَنٌ اَلْبَنَّا – رَحِمَهُ اللهُ - : «وَلَقَدْ كُنْتُ، وَمَا زِلْتُ أَقُوْلُ لِلْإِخْوَانِ فِيْ كُلِّ مُنَاسَبَةٍ : أَنَّكُمْ لَنْ تُغْلَبُوْا أَبَدًا مِنْ :

Hasan Al-Banna – rahimahullah – berkata:

“Semenjak dulu, dan sampai sekarang, saya selalu katakan kepada Ikhwan, dalam setiap momentum: Bahwa kalian selamanya tidak akan terkalahkan karena :

1- قِلَّةِ عَدَدِكُمْ،
2- وَلَا مِنْ ضَعْفِ وَسَائِلِكُمْ،
3- وَلَا مِنْ كَثْرَةِ خُصُوْمِكُمْ،
4- وَلَا مِنْ تَآلُبِ الْأَعْدَاءِ عَلَيْكُمْ، وَلَوْ تُجْمِعُ أَهْلُ الْأَرْضِ جَمِيْعًا، مَا اسْتَطَاعُوْا أَنْ يَنَالُوْا مِنْكُمْ إِلَّا مَا كَتَبَ اللهُ عَلَيْكُمْ.

1. Sedikitnya jumlah kalian,
2. Lemahnya sarana kalian,
3. Banyaknya musuh kalian,
4. Konspirasi para musuh kalian, dan seandainya seluruh penghuni bumi seluruhnya bersepakat, mereka tidak akan mampu menimpakan apa pun kepada kalian kecuali yang telah ditetapkan Allah SWT

وَلَكِنَّكُمْ تُغْلَبُوْنَ أَشْنَعَ الْغَلَبِ، وَتَفْقِدُوْنَ كُلَّ مَا يَتَّصِلُ بِالنَّصْرِ، بِسَبَبِ إِذَا:

Namun, kalian terkahalahkan dengan seburuk-buruk kekalahan, dan kalian kehilangan segala yang berhubungan dengan kemenangan, disebabkan jika :

1- فَسَدَتْ قُلُوْبُكُمْ،
2- وَلَمْ يُصْلِحِ اللهُ أَعْمَالَكُمْ،
3- أَوْ إِذَا تَفَرَّقَتْ كَلِمَتُكُمْ، وَاخْتَلَفَتْ آرَاؤُكُمْ.

*1. Hati kalian telah rusak,*
*2. Allah SWT tidak lagi memperbaiki amal kalian,*
*3. Atau kalimat kalian telah terpecah belah, dan pandangan kalian telah saling berselisih*

أَمَّا مَا دُمْتُمْ :

Adapun jika kalian selalu

1-  عَلَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ،
2-  مُتَّجَهٍ إِلَى اللهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى،
3-  آَخِذٍ فِيْ سَبِيْلِ طَاعَتِهِ،
4-  سَائِرٍ عَلَى نَهْجِ مَرْضَاتِهِ،

1. Satu hati,
2. Berorientasi kepada Allah SWT
3. Berjalan pada jalan ketaatan kepada-Nya,
4. Berjalan di atas manhaj meraih ridha-Nya

فَلَا تَهِنُوْا أَبَدًا، وَلَا تَحْزَنُوْا أَبَدًا، وَأَنْتُمُ الْأَعْلَوْنَ إِنْ شَاءَ اللهُ، {وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ [محمد: 35]

_Maka, kalian tidaklah menjadi hina selamanya, tidaklah menjadi sedih selamanya, dan kalian selalu berada pada posisi tertinggi insyaAllah, dan Allah SWT akan selalu bersama kalian, “dan sama sekali D_

*****


وَلَكِنْ اِحْذَرْ مِنْ صِنْفَيْنِ حَذَراً شَدِيْدًا وَلاَ تُلْحِقْهُمَا لِصُفُوفِ الدَّعْوَةِ أَبَداً:

_Tetapi hati-hatilah terhadap dua kelompok manusia dan jangan masukkan mereka ke dalam barisan da'wah selamanya:_


الْمُلْحِدُ الَّذِي لاَ عَقِيْدَةَ لَهُ، وَإِنْ تَظَاهَرَ بِالصَّلاَحِ فَإِنَّهُ لاَ أَمَلَ فِي إِصْلاَحِهِ وَهُوَ بَعِيْدٌ عَنْكُمْ بِأَصْلِ العَقِيْدَةِ، فَمَا تَرْجُونَ مِنْهُ؟

_(Pertama), Orang atheis yang tidak beraqidah, meskipun ia menampakkan kebaikannya, karena tidak ada harapan baginya untuk diperbaiki karena ia jauh dari kalian secara aqidah. Apa yang bisa diharapkan darinya?_


 *وَالصَّالِحُ الَّذِي لاَ يَحْتَرِمُ النِّظَام*َ، وَلاَ يُقَدِّرُ مَعْنَى الطَّاعَةِ، فَإِنَّ هَذَا يَنْفَعُ مُنْفَرِداً، وَيُنْتِجُ فِي العَمَلِ وَحْدَهُ، وَلَكِنَّهُ يُفْسِدُ نُفُوْسَ الْجَمَاعَةِ: يُغْرِيْهَا بِصَلاَحِهِ وَيُفَرِّقُهَا بِخِلاَفِهِ،

_*(Kedua), Orang shalih yg tidak menghormati nizham (peraturan) & tidak menghargai makna ketaatan*._

_Orang ini bermanfaat dan produktif jika beramal sendirian tapi merusak jiwa berjamaah sebab ia menarik (orang lain) dengan keshalihannya tapi memecah jamaah dengan sikap berbedanya._


فَإِنِ اسْتَطَعْتَ أَنْ تَسْتَفِيْدَ مِنْهُ وَهُوَ بَعِيْدٌ عَنِ الصُّفُوِفِ فَافْعَلْ، وَإِلاَّ فَسَدَ الصَّفُّ وَاضْطَرَبَ، وَالنَّاسُ إِذَا رَأَوْا وَاحِدًا خَارِجَ الصَّفِّ لاَ يَقُوْلُوْنَ خَرَجَ وَاحِدٌ، وَلَكِنْ يَقُوْلُوْنَ صَفٌّ اِعْوَجَّ فَاحْتَرِسْ مِنْ هَذَا كُلَّ الاِحْتِرَاسِ.

_Jika engkau bisa memanfaatkannya di luar shaf silakan lakukanlah, tapi kalau dia di dalam maka dia dapat merusak dan mengguncangkan barisan. Apabila dia keluar dari jamaah, orang-orang tidak sekadar berkata: "Seseorang telah keluar dari jamaah", tapi mereka akan berkata: "Jamaahlah yang menyimpang (maka orang-orang baik keluar)"_

_"Maka ekstra hati-hatilah dari hal ini wahai setiap yang waspada"._

*(Mudzakirat ad-Dakwah wad-Da’iyah / Memoar Hasan Al-Banna)*

Sabtu, 25 Agustus 2018

Menjadi Ayah Yang Tetap Dekat Dengan Anak Meski di Tengah Kesibukan.


Selama ini para ayah dikenal sebagai sosok kepala keluarga yang sibuk. Sehingga sebagian dari mereka bisa dikatakan jarang menghabiskan waktu bersama anak-anaknya. Namun sebenarnya bukan sekedar banyaknya waktu yang diperlukan Si kecil untuk bisa semakin dekat dengan Anda. Sebab kualitas kebersamaan juga penting di sini.

Ini adalah bahan renungan bagi saya dan kita semua. Menjadi ayah bukan sekedar memiliki anak, tapi harus tau hak anak dan tanggungjawab kita sebagai ayah.

Irwan Rinaldi, penggagas komunitas Ayah untuk Semua, dalam seminar singkat Hari Ayah Nasional di Cilandak (12/11) mengungkapkan bahwa ayah juga berperan penting pengasuhan anak. “Menurut teori apa saja, mengasuh anak itu ya harus berdua. Mau di manapun pengasuhan anak itu ya ayah dan ibu,” ucapnya.

Menurut Irwan, terdapat empat hal penting tentang pengasuhan anak yang perlu diperhatikan para ayah sibuk:

1. Perhatikan ucapan Anda saat anak bangun dan akan tidur

Membangunkan Si kecil dengan kalimat yang lembut. Sebab kalimat pertama yang didengar oleh anak, berpengaruh baik pada moodnya di hari itu.

Selain itu, disarankan juga agar tidak membiarkan anak tertidur di depan televisi. Lebih baik bila Anda mengantarkan Si kecil ke kamar tidur sambil menanyakan apa yang paling menarik baginya di hari itu. Bila dia melewati hari yang buruk, beri dukungan dan semangat. Sebaliknya, bila anak menceritakan keseruan harinya, jangan segan untuk memberikan apresiasi.

2. Kalau Tidak bisa secara kuantitas, masih ada kualitas

Bila kesibukan menyita waktu, masih ada kualitas kebersamaan yang perlu diperhatikan. Oleh sebab itu, para ayah disarankan rajin menceritakan dongeng atau menemaninya bermain.

3. Pahami buah hati Anda

Pengasuhan anak tidak bisa di sama ratakan. Sebab beda rentang usia, berbeda pula pola pengasuhan yang dibutuhkan buah hati Anda. Pada anak berusia 0-10 tahun, orang tua harus lebih banyak berbicara (70 persen) dan sisanya mendengarkan. Sedangkan bagi anak pra remaja hingga remaja, mereka butuh apresiasi dari orang tua. Sehingga ayah perlu lebih mendengarkan mereka (70 persen) dan berbicara (30 persen).

4.Cintai dia apa adanya

“Jangan hanya cintai anak saat raportnya bagus. Tapi apapun kondisinya cintai dia, baik sedang ingusan atau hal buruk lain,” ujar Irwan. Dalam keadaan apapun, pastikan bahwa cinta Anda pada anak tidak berubah. Jangan sampai terdengar bahwa Anda menyerah terhadap mereka.
Sebagaimana anda begitu senang dan suka dengan kelucuan mereka, maka anda juga harus tetap senang dalam mendidik mereka ketika melakukan hal yg menurut anda tidak pantas.
.......
Ya Allah, bimbinglah kami agar dapat mendidik anak kami dengan baik, dan bimbinglah kami agar kami dapat mendidik mereka dengan didikan yg Engkau redhoi. Serta anugrahkan kami anak yg sholeh dan anak yg menjadi penyejuk mata. Aamiin...
________

Sumber: Di Sini yaa

********************.      ************.        ***********.
PERAN AYAH DALAM PENDIDIKAN ANAK

Seminar Parenting
Oleh: Ustadz Adriano Rusfi, M.Psi

Siapa yang paling bertanggung jawab dalam hal pendidikan anak?

Ya. Ayah jawabannya.

Dalam Al Qur'an Allah kisahkan kisah-kisah bagaimana mendidik anak, dan semuanya dilakukan oleh Ayah. Ada kisah Lukman yang mendidik anak dan keluarganya, kisah Ibrahim dengan putra kesayangannya, ada kisah Imron, Zakaria dan Yakub yang berperan mendidik anak-anaknya.

Begitu pentingnya peran Ayah dalam mendidik anak hingga tujuh belas ayat dalam Al Qur'an yang menjelaskan peran orang tua dalam mendidik anak, empat belas ayat di antaranya dilakukan oleh sosok seorang Ayah, dua ayat dilakukan oleh sang Ibu dan satu ayat dilakukan oleh keduanya.

Kegagalan pendidikan anak lantaran disebabkan karena ketidakterlibatan seorang Ayah dalam pendidikan anak di keluarga. Seorang Ayah hanya fokus mencari nafkah dan berlepas diri dalam hal pendidikan anaknya dan mendelegasikan kepada sang Ibu.

Kegagalan itu tampak terlihat pada keluarga-keluarga di sekitar kita, di mana anak-anak lebih cepat mencapai masa balighnya, namun masa aqilnya terlambat jauh.

Kasus-kasus pembunuhan, pemerkosaan dan narkoba yang dilakukan oleh anak-anak terjadi lantaran masa baligh jauh lebih cepat dialami anak dari masa aqilnya.
Dalam Islam, masa aqil dan baligh harus hadir bersamaan pada anak-anak.

Ada beberapa perbedaan apa itu aqil dan baligh:
1. Aqil berarti dewasa dalam mental, baligh dewasa dalam hal fisik
2. Aqil karena pengaruh pendidikan sementara baligh disebabkan pengaruh nutrisi makanan.
3. Aqil terkait perkembangan otak, sedangkan baligh terkait perkembangan nafsu.
4. Aqil terkait fungsi tanggung jawab, sedangkan abaligh terkait fungsi reproduksi
5. Aqil berarti kemandirian dan tanggung jawab, sedangkan baligh berarti life and death instinct

Bukan sosok Ibu yang akan diminta pertanggungjawabannya di akhirat kelak, namun sosok Ayahlah yang harus mempertanggungjawabkan anak-anaknya.

Janganlah heran bila kelak ada seorang Ayah yang ahli ibadah, namun ia harus terseret ke neraka lantaran protes anak-anaknya yang tidak pernah diajarkan bagaimana menjadi anak yang sholeh dan sholehah.

Ada beberapa peran Ayah yang tak bisa digantikan oleh sosok Ibu:
1. Man of vision and mission
2. Penanggung Jawab
3. Konsultan pendidikan
4. Mendidik aqidah dan keimanan.
5. Sang ego dan individualitas
6. Membangun sistem berpikir
7. Supplier maskulinitas
8. The King of Tega.

Mind set bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab ibu harus disingkirkan jauh-jauh. Seorang Ayah harus mendominasi dalam hal mendidik anak dalam keluarga. Semakin baik peran para Ayah dalam mendidik anak di keluarga, diharapkan mampu mendorong terciptanya peradaban baru dengan generasi yang sholeh secara individu dan sosial.

PERAN AYAH DALAM PENDIDIKAN ANAK


Sebenarnya bukan hanya di dunia, di akhiratpun manusia-manusia beriman masih berkemungkinan untuk beroleh passive income : pahala yang terus mengalir walau badan telah berkalang tanah !

Pilihannya memang tak banyak, hanya tiga. Pertama shadaqah yang` punya multiplying effect (shadaqah jariyah); Kedua, ilmu yang dimanfaatkan, dan; Ketiga, anak shaleh yang mendoakan.

Apakah seorang ayah ingin terus dialiri pahala walau maut telah lama menjemput, lewat anak shaleh yang mendoakannya ? Sayangnya doa ini tidak gratis. Mari kita lihat bunyi doanya :
“Rabbighfir lii wa li walidayya warhamhuma kamaa rabbayaanii shaghiiraa”.
“Rabbku, ampunilah dosaku dan dosa kedua orang tuaku. Dan rahmatilah keduanya, sebagaimana keduanya telah mendidikku di waktu kecil”.

Sangat jelas, doa ini tidak gratis, karena menuntut syarat (”kamaa...”). Dan syaratnya adalah pendidikan (”rabbayaa” – tarbiyyah) di waktu kecil (”shaghiiraa”). Apakah syarat ini hanya berlaku pada Sang Ibu ? Jelas tidak, karena kata ”rabbayaanii” berarti ”keduanya telah mendidik aku”.

Maka, wahai para ayah kaum beriman sedunia, ada effort yang harus anda keluarkan jika anda ingin kecipratan doa anak anda. Anda harus mendidiknya. Segera, jangan sampai terlambat, karena harus dilakukan ketika sang anak masih kecil (shaghiiraa). Atau anda harus gigit jari karena doa itu hanya sah untuk istri anda.

*Ayah, Sang Pendidik*

Seorang anak lahir karena adanya kromosom ayah dan kromosom ibu. Maka pada setiap anak tersimpan sifat maskulin dan feminin, apapun jenis kelaminnya. Adalah sangat logis jika ayah, bukan hanya ibu, turut bertanggung jawab dalam mendidik dan membentuk kepribadian anak. Jika ibu mendidik nilai-nilai cinta, ketulusan, kasih sayang, kebersamaan, tenggang rasa dan keikhlasan, lalu siapa yang akan membentuk nilai-nilai ketegasan, keberanian, keberbedaan, profesionalisme dan perjuangan ?

Ayah ! Perannya dalam pendidikan anak bukanlah peran tambahan. Waktu dan tenaga yang harus digunakannya untuk mendidik anak bukanlah waktu dan tenaga sisa seusai lelah mencari nafkah. Maka Allah telah menjadikan sosok Luqmanul Hakim, seorang ayah, menjadi figur pendidikan anak dalam Al-Qur’an. Kenapa ayah dan bukan ibu ?

Karena puncak dari seluruh ikhtiar pendidikan adalah pembentukan hikmah : kebijaksanaan. Dan inilah kekuatan Luqman dan seluruh ayah beriman di muka bumi ini.

_”Dan sungguh telah Kami berikan hikmah kepada Luqman...”_ (Q.S. Luqman : 12)

Ayah dan ibu secara bersama-sama harus mengantar anak-anaknya menuju kedewasaan, aqil-baligh. Aqil artinya dewasa mental, sementara baligh adalah dewasa fisik. Tugas ibu sangat jelas dan sesuai dengan peran kesehariannya, yaitu mengantar anak menggapai kedewasaan fisiknya (baligh).

Ia siapkan makanan bergizi, ia jaga kebersihan tubuh, pakaian dan lingkungan. Ia mandikan anak dan cucikan bajunya. Ibu juga mengobati sang anak dari sakit, memberinya vitamin dan protein, membangunkannya untuk shalat dan berolahraga. Kedewasaan emosional berupa perhatian, cinta, kasih sayang, ketulusan dan sebagainya juga telah ia berikan.

Maka giliran ayahlah mengantarkan anak pada kedewasaan mentalnya (aqil). Ayah harus mengajarkannya berpikir, memecahkan masalah, mengambil keputusan dan berkreasi. Adalah kompetensi ayah untuk membuat anaknya menjadi pribadi yang berani, tegas, bertanggung jawab dan berdaya juang.

Bahkan, kalau perlu, ayahlah yang mendidik anaknya, laki-laki atau perempuan, untuk tampil beda, melawan, bertarung dan berperang. Begitu pula dengan rasa tanggung jawab, profesionalisme dan bertindak strategis.

Jika saat ini yang terbentuk adalah sebuah generasi yang dewasa secara fisik (baligh) namun sangat mentah secara mental (aqil), alias generasi remaja (baligh-non aqil), siapakah yang bersalah ?

Tak salah lagi, malapetaka generasi ini adalah ulah ayah yang tak terlibat dalam mendidik anaknya. Karena dulu, ketika ayah masih bertanggung jawab dalam pendidikan anaknya, yang lahir adalah generasi yang sepenuhnya dewasa (aqil-baligh). Setidaknya itulah yang terjadi hingga akhir abad 19.

Sebuah penelitian menarik dari Badan Narkotika Propinsi DKI Jakarta, juga menyimpulkan bahwa "anak yang kurang dekat dengan sosok ayahnya akan tujuh kali lipat lebih mudah terkena narkoba dibandingkan dengan anak yang dekat dengan sosok ayahnya".

Kesimpulan yang tak terlalu mengejutkan, karena bukankah ayah yang berkompeten dan seharusnya mengajarkan anak untuk ”Say no to drugs” ?

*Sibuk ?*

Kesibukan mencari nafkah seringkali menjadi kambing hitam yang`sangat ampuh bagi seorang ayah untuk lepas tangan dari pendidikan anak dan menyerahkan tanggung jawab ini seutuhnya kepada ibu.

Sesibuk apakah ayah dibandingkan ibu ? Apakah kesibukan itu termasuk main games menjelang pulang kantor, bercengkrama atau menbaca`koran ketika tak banyak kerjaan, atau nongkrong di kafe menunggu kemacetan reda ?

Ketika seorang ayah begitu dikepung oleh berbagai kemudahan teknologi informasi dan komunikasi (HP, Blackberry, internet dsb.), apakah masih ada cukup alasan di hadapan Allah untuk tidak turut mendidik anak ?

Tentunya seorang ayah tak dituntut untuk secara teknis dan rutin mengurusi pendidikan anak. Ia dapat berperan menjadi pengarah (director) kebijakan pendidikan anak, sedangkan pengelola (manager) dan pelaksana (executor) tetap dapat dilakukan ibu.

Sudahkan ayah merumuskan visi, misi dan strategi pendidikan anak di rumah, sesuatu yang dengan terampilnya dia lakukan di kantor ? Betapa zalimnya seorang ayah jika hal itupun jika ia bebankan kepada istrinya.

Ayah juga dapat berperan sebagai konsultan pendidikan anak bagi istrinya. Dalam keletihan, kepusingan dan kebosanan dalam menghadapi perilaku anak setiap hari, bukankah seorang istri butuh second opinion dari seseorang suami yang mampu melihat persoalan dari ”jauh” dari ”luar” dan dari ”atas” ?

Justru jarang dan terbatasnya interaksi rutin dan langsung seorang ayah dengan anak-anaknya, membuatnya lebih mampu untuk menawarkan solusi yang lebih brilyan, jernih, obyektif dan efektif kepada istrinya.

Wallahu ’alam bishshawab

(Ustaz Adriano Rusfi: konsultan pendidikan, mantan pimp. majalah UMMI)
‾‾‾‾
Baca Juga: Nasihat-luqman-kepada-anaknya

Minggu, 19 Agustus 2018

Khutbah Idul Adha 1439 H (Berdoa Tiada Henti sebagai Wujud Totalitas dalam Beribadah)


الله أكبر الله أكبر الله أكبر  3x     كبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا لا إله الله وحده صدق وعده ونصر عبده وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْد
الحمد لله الملك القهار العزيز الجبار، الرحيم الغفار، مقلب القلوب والأبصار، مكور الليل على النهار، اَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المختار.
اللهمّ فصلّ وسلّم على حبيبه المختار، وعلى اله الاطهار وأصحابه الاخيار، وعلى جميع مَنْ تَبِعَهُ اِلَى يَوْمِ المحشر. اَمَّا بَعْدُ: فَيَاعِبَادَ اللهِ : اُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَ اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِى الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ:
يَااَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَقُوْلُوْا قَوْلاً سَدِيْدًا. يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا
Segala puji hanya milik Allah, Robb semesta alam, pujian yang tinggi hanya untukNya. Karena nikmat yang begitu besar selalu Dia curahkan kepada kita, nikmat yang begitu banyak, nikmat yang tak terhitung, karenanya Allah tidak pernah memerintahkan kita untuk menghitungnya karena tak kan bisa menghitungnya, akan tetapi Allah memrintahkan kepada kita untuk mensyukurinya.
لئن شكرتم لإزيدنكم ولئن كفرتم إنّ عذابي لشديد
Sholawat dan salam semoga selalu terlimpahkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wasallam kepada keluarganya, sahabatnya serta pengikutnya hingga akhir zaman.
Allahu akbar 3x walillahilhamd
Hadirin walhadirat rahimanii warahimakumullah
Salah satu yang amat penting untuk kita lakukan dalam hidup ini adalah berdoa kepada Allah SWT. Doa bukan hanya menunjukkan kita merendahkan diri kepada Allah, tapi karena memang kita merasa betul-betul memerlukan bantuan dan pertolongan-Nya, karena Allah adalah segala-galanya, sedangkan kita amat memerlukan dan tergantung kepada-Nya.
Kita ini banyak sekali kekurangannya, banyak sekali ketidakmampuannya, banyak sekali ketidaktahuannya maka untuk mendapatkan segala kekuatan dalam mejalani hidup ini adalah dengan memperbanyak mendekatkan diri kepada ALLAH melalui do’a yang tiada henti.
Doa termasuk salah satu jenis ibadah yang paling agung, namun banyak sekali umat Islam yang melupakannya dan meninggalkannya. Padahal, doa adalah alat komunikasi dengan Allah Ta’ala yang paling baik.
Doa adalah senjata bagi orang-orang yang beriman, karena dengan doa berarti kita telah menjadikan diri kita benar-benar tak berdaya kecuali atas pertolongan Allah SWT.
Allah subhanahu wata’ala telah menjamin bagi kita, jika kita berdoa kepada Allah, niscaya Allah akan kabulkan doa tersebut.
Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an di surat Al-Mu`min ayat 60:
ادعوني أستجب لكم
Berdoalah kepadaKu, aku akan memenuhi pinta kalian.
Dan juga di surat Al-Baqarah ayat 186
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu  (Muhammad) tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa apabila dia berdoa kepada-Ku”
Maka Salah satu kebaikan seorang manusia ialah, ia senantiasa memohon kepada Allah 'Azza wa Jalla. Sombonglah orang yang tidak mau menadahkan tangan untuk berdo'a kepada-Nya.
Adalah sebuah kesombongan jika kita tidak pernah minta kepada Allah, bahkan seorang khalifah Umar bin khattab saja mengatakan. Jikalau di dapurku tak ada garam maka pasti aku kan memintanya kepada Allah.
Itu maknanya bahwa setiap ikhtiar atau usaha yng kita lakukan tanpa diiringi dengan permintaan kepada Allah adalah sebuah kesombongan.
maka selayaknya kita selalu meminta kebaikan kepada Allah dari dunia ini. Harta belum tentu menjadi kebaikan. Begitu pula anak-anak. Maka mintalah agar semua menjadi kebaikan di dunia ini. Minta pula kebaikan di akhirat dan mohonlah agar dijauhkan dari api neraka.
Di moment hari raya idul adha ini, atau hari raya idul qurban ini, mari kita mencontoh pelaku sejarah yang mana ritual hari raya ini sangat erat kaitannya dengan beliau. Yaitu Nabi Ibrahim alaihissalam. Kita dapat mencontoh beliau yang tidak pernah bosan memohon dan berdoa kepada Allah swt. Bukankah kota mekkah saat ini menjadi negeri yang Allah berkahi, negeri yang penuh dengan kedamaian adalah hasil dari doa beliau?
Maka banyak sekali doa-doa yang beliau panjatkan kepada Allah swt. Yang diabadikan dalam Al-Qur’an. Dan kita akan lihat bagaimana doa beliau yang tidak hanya untuk kebaikan dirinya sendiri tapi juga beliau berdoa untuk anak keturunannya, untuk negeri yang ia tempati dan juga untuk masyarakat yang luas secara umum.
Karena begitu juga yang diajarkan Nabi kita Muhammad shallallahu alaihis salam, bahwa berdoalah untuk orang lain karena mendoakan orang lain tanpa orang tersebut mengetahuinya in syaAllah akan terkabulkan.
Sebagaimana sabda beliau:

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ لأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ. عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ. كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ، قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ: آمِيْنَ. وَلَكَ بِمِثْلٍ.
‘Do’a seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang dido’akannya adalah do’a yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada Malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia berdo’a untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka Malaikat tersebut berkata: ‘Aamiin dan engkau pun mendapatkan apa yang ia dapatkan.’”
Maka diantara doa Nabi Ibrahim AS adalah agar negeri yang ditempati diri dan keluarganya dalam keadaan aman . Allah SWT berfirman menceritakan doa Nabi Ibrahim as tersebut di QS Ibrahim [14] ayat 35:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَذَا الْبَلَدَ آمِنًا وَاجْنُبْنِي وَبَنِيَّ أَنْ نَعْبُدَ الأصْنَامَ
Dan (ingatlah), ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini (Mekah), negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku dari menyembah berhala-berhala.
Selain itu, Nabi Ibrahim juga berdoa agar selain aman, negeri ini juga diberikan rizki yang cukup, doa yang dimaksud dikemukakan Allah SWT dalam QS Al-Baqarah [2] ayat 126:
وَإِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berdoa: “Ya Tuhanku, jadikanlah negeri ini, sebagai negeri yang aman sentosa dan berikanlah rizki dari buah-buahan kepada penduduknya yang beriman di antara mereka kepada Allah dan hari kiamat.”
Begitu juga Nabi Ibrahim alaihis salam berdoa kepada Allah swt. Agar dirinya dan anak keturunannya dijadikan oleh Allah swt. Sebagai orang yang selalu mendirikan sholat. Sebagaimana Allah firmankan dalam surat Ibrahim ayat 40:
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
“Ya Tuhanku, jadikanlah aku dan anak cucuku orang-orang yang tetap mendirikan shalat, ya Tuhan kami, perkenankanlah doaku”
Allahu akbar 3x walillahilhamd
Hadirin walhadirat rahimanii warahimakumullah
Berdoa kepada Allah SWT adalah bentuk kepedulian kita kepada sesama ummat manusia, bahkan mendoakan orang yang tidak beriman sekalipun, diperbolehkan agar mereka mendapatkan hidayah  Allah SWT.
Sebagaimana Nabi Muhammad berdoa kepada Allah swt. Agar agama Islam dikuatkan dengan masuk Islamnya salah satu dari dua umar. Umar bin khattab atau amru bin hisyam yang tidak lain adalah abu jahal, yang kemudian Allah subhanahu wata’ala memberikan hidayah kepada Umar bin Khattab dan masuk Islamlah beliau sehingga agama Islam pun menjadi tambah kuat dengan pengaruh beliau.
Dalam konteks kehidupan negara kita saat ini yang mengalami krisis dimana-mana, maka sudah seharusnya kita berdoa untuk kebaikan negeri kita agar menjadi negeri yang aman sentosa, kita doakan agar para pemimpin kita diberi petunjuk sehingga bisa melaksanakan tugas kepemimpinannya dengan penuh tanggungjawab, doakan negeri ini agar lahir  pemimpin yang adil yang selalu mengayomi rakyatnya sehingga rakyatnya pun mendoakan kebaikan untuk pemimpinnya.
Sayyid Quthb rahimahullah dalam tafsirnya fi zhilalil qur’an mengatakan: “Doa ini menampakkan adanya kenikmatan lain dari sekian banyak nikmat Allah. Yakni nikmat dikeluarkannya hati dari berbagai kegelapan, dan digantikannya kejahiliyahan syirik kepada cahaya beriman, yaitu bertauhid kepada Allah SWT.” Karena itu, iman atau tauhid merupakan nikmat terbesar yang Allah SWT berikan kepada kita semua sehingga iman merupakan sesuatu yang amat prinsip dalam Islam, dengan iman yang kokoh kita memiliki kemerdekaan jiwa yang berarti tidak terbelenggu oleh apapun dan siapapun juga kecuali kepada Allah SWT.
Iman juga membuat kita memiliki kekuatan jiwa sehingga ketika hidup senang kita tidak lupa diri dan ketika susah kita tidak putus asa, walau sesulit apapun keadaannya. Karena keimanan kita telah melahirkan ketenangan dalam jiwa kita.
Maka menjadikan Nabi Ibrahim alaihissalam sebagai suri tauladan bagi kita, adalah bagian dari menjalankan ketaatan kepada Allah swt. Karena beliau adalah seorang kholilulloh kekasih Allah SWT, Sebagaimana yang telah ditegaskan olehNya dalam firmanNya di QS. Al Mumtahanah ayat 4
قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ
“Sesungguhnya telah ada contoh teladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia.”
Allahu akbar 3x walillahilhamd
Hadirin walhadirat rahimanii warahimakumullah
Doa Nabi Ibrahim yang ia panjatkan tiada henti tersebut, menunjukkan bahwa beliau sangat totalitas dalam beribadah kepada Allah SWT, keyakinan beliau sangat tinggi bahwa Allah akan memberikan solusi terbaik untuk hambaNya yang bersandar dan memasrahkannya penuh keimanan.
Kita ketahui bahwa ujian berat yang beliau terima dari Allah sangat banyak, diantaranya saat rasa bahagianya meluap-luap dengan kehadiran sang buah hati Ismail alaihis salam. Tiba-tiba ia mendapatkan perintah untuk meninggalkan istri dan anaknya, untuk menjalani tugas kerasulan. Maka Nabi Ibrahim alaihissalam dengan penuh ketaatan menjalankan tugas tersebut.
Beliau kemudian melangkahkan kakinya meninggalkan anak dan istrinya di sebuah lembah yang tidak di tumbuhi tanaman, tidak ada buah-buahan, tidak ada pepohonan, tidak ada makanan, tidak ada minuman, tempat itu menunjukkan seperti tidak ada tanda-tanda kehidupan di dalamnya.
Istri beliau dan ismail kecil hanya dibekali sekantung makanan dan sedikit air yang yang mungkin hanya cukup untuk bekal dua hari.
Tentu saja Siti hajar istri beliu terperangah diperlakukan demikian, dia membuntuti suaminya dari belakang sambil bertanya “wahai Ibrahim hendak pergi ke manakah engkau meninggalkan kami?” Apakah engkau akan meninggalkan kami di lembah yang tidak ada sesuatu apapun ini?
Ibrahim as tidak menjawab pertanyaan istrinya. Beliau terus saja berjalan, Siti hajar kembali mengulangi pertanyaannya, tetapi Ibrahim as tetap membisu.
Akhirnya Siti hajar paham bahwa suaminya pergi bukan karena kemauannya sendiri. Dia mengerti bahwa  Allah memerintahkan suaminya untuk pergi. Maka kemudian dia bertanya, “apakah Allah yang memerintahkanmu untuk pergi meninggalkan kami? Ibrahim menjawab,  “benar“.
Kemudian istri yang shalihah dan beriman itu, berkata: “kalau demikian kami tidak akan tersia-siakan selagi Allah bersama kami, dan Dia-lah yang telah memerintahkanmu untuk pergi.
Kemudian Ibrahim pun terus berjalan meninggalkan mereka.
Jamaah Shalat Idul Adha Yang Dimuliakan Allah.
Lihatlah, bagaimana nabi Ibrahim dan Siti hajar, mampu berbaik sangka kepada Allah SWT mereka secara totalitas meyakini bahwa selagi mereka bersama Allah, maka tidak akan ada yang menyengsarakannya, tidak akan ada yang dapat mencelakainya, tidak akan ada yang dapat melukainya.
Demikian khutbah Idul Adha kita pada pagi hari ini, semoga menjadi poin penting dalam upaya memperbaiki kualitas hidup kita masing-masing, baik sebagai pribadi, anggota keluarga maupun masyarakat dan bangsa. Akhirnya marilah kita sudahi ibadah shalat Id kita pagi ini dengan sama-sama berdoa kepada Allah SWT.:

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ إنك سميع قريب مجيب الدعوات
اَللَّهُمَّ انْصُرْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ النَّاصِرِيْنَ وَافْتَحْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْفَاتِحِيْنَ وَاغْفِرْ لَنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الْغَافِرِيْنَ وَارْحَمْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ وَارْزُقْنَا فَاِنَّكَ خَيْرُ الرَّازِقِيْنَ وَاهْدِنَا وَنَجِّنَا مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِيْنَ وَالْكَافِرِيْنَ.
اَللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَناَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَ الَّتِى فِيْهَا مَعَاشُنَا وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِى فِيْهَا مَعَادُنَا وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شرٍّ
رَبِّ اجْعَلْنِي مُقِيمَ الصَّلَاةِ وَمِن ذُرِّيَّتِي رَبَّنَا وَتَقَبَّلْ دُعَاءِ
رَبِّ اجْعَلْ هَـَذَا بَلَداً آمِناً وَارْزُقْ أَهْلَهُ مِنَ الثَّمَرَاتِ مَنْ آمَنَ مِنْهُم بِاللّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ
اللهم ارزقنا زيارة الحرمين برحمتك  يا أرحم الراحمين
اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُمْ حَجًّا مَبْرُوْرًا وَسَعْيًا مَّشْكُوْرًا وَذَنْبًا مَغْفُوْرًا وَتِجَارَةً لَنْ تَبُوْرًا
رَبَّنَا اَتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى الأَخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
وصلّى الله على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه وسلّم والحمد لله رب العالمين


والسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Selasa, 22 Mei 2018

Lafazh Niat Puasa Romadhan dan Tarawih Serta Bacaan Bilal


LAFAZH NIAT  SHOLAT  TARAWIH
أُصَلِّي سُنَّةَ التَّرَوِيحِ رَكْعَتَيْنِ مَأمُوْمًا لِله تَعَالَى
Ushalli sunnatat tarawih rok’ataini ma’muuman lillahi ta’ala

LAFAZH NIAT  SHOLAT WITIR 3 Roka’at
 أُصَلِّي سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ
Ushalli sunnatal witri tsalatsa roka’atin ma’muuman lillahi ta’ala

BACAAN BILAL SAAT TARAWIH & WITIR
Jawaban Jamaah
Bacaan Bilal
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيعِنَا وَزُخْرِنَا وَمَولَانَا مُحَمَّدٍ

لاَاِلَهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيئٍ قَدِيرٌ

صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ
وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَة
فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيعِنَا وَزُخْرِنَا وَمَولَانَا مُحَمَّدٍ

لاَاِلَهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيئٍ قَدِيرٌ

صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ
وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَة
فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيعِنَا وَزُخْرِنَا وَمَولَانَا مُحَمَّدٍ

لاَاِلَهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيئٍ قَدِيرٌ

صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ
وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَة
فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا وَحَبِيْبِنَا وَشَفِيعِنَا وَزُخْرِنَا وَمَولَانَا مُحَمَّدٍ

لاَاِلَهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيئٍ قَدِيرٌ

صَلُّوْا سُنَّةَ التَّرَاوِيْحِ رَكْعَتَيْنِ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ
وَمَغْفِرَةً وَرَحْمَة
فَضْلًا مِنَ اللهِ تَعَالَى وَنِعْمَةْ
اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَيْهِ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
DOA KAMILIN (SETELAH SHOLAT TARAWIH)
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ, اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ سَيِّدِنَامُحَمَّدٍ, اَللَّهُمَ اجْعَلْنَا بِاْلاِيْمَانِ كَمِلِيْنَ, وَلِلْفَرَائِضِ مُؤَدِّيْن. وَللِصَّلاَةِحَافِظِيْنَ, وَللِزَّكَاةِ فَاعِلِيْنَ, وَلِمَاعِنْدَكَ طَالِبِيْنَ, وَلِعَفْوِكَ رَاجِيِّنَ, وَبِاْلهُدَى مُتَمَسِّكِيْنَ , وَعَنِ اللَّغْوِ مُعْرِضِيْنَ, وَفىِ الدُّنْيَا زَاهِدِيْنَ, وَفىِ اْلاخِرَةِ رَاغِبِيْنَ, وَبِالْقَضَاءِ رَاضِيْنَ , وَبِالنَّعْمَاءِ شَاكِرِيْنَ, وَعَلىَ اْلبَلاَءِ صَابِرِيْنَ, وَتَحْتَ لِوَءِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَوْمَ اْلقِيَامَةِ سَائِرِيْنَ, وَاِلىَ اْلحَوْضِ وَارِدِيْنَ, وَاِلىَ اْلجَنَّةِ دَلخِلِيْنَ,وَمِنَ النَّارِ نَاجِيْنَ, وَعَلَ سَرِيْرِ اْلكَرَامَةِ قَاعِدِيْنَ , وَمِنْ حُوْرِ اْلِعَيْنِ مُتَزَوِّجِيْنَ, وَمِنْ سُنْدُسٍ وَاِسْتَبْرَقٍ وَّدِيْبَاحٍ مُتَلَبِّسِيْنَ, وَمِنْ طَعَامِ اَلجَنَّةِ آكِلِيْنَ وَمِنْ لَبَنٍ وَعَسَلٍ مُصَفًى شَارِبِيْنَ, بِاَكْواَبٍ وَاَبَارِيْقَ وَكَأْسٍ مِنْ مَعِيْن, مَعَ الَّذِيْنَ اَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّلِحِيْنَ وَحَسُنَ اُولَئِكَ رَفِيْقًا, ذَلِكَ اْلَفَضْلُ مِنَ الله وَكَفىَ بِاللهِ عَلِيْمًا . اِنَّ الله وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِيّ يَاَيُّهَا الَّذِيْنَ اَمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمَا وَصَلَّى الله عَلَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَّعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ وَاْلحَمْدُ لله رَبِّالْعَالَمِيْن

لاَاِلَهَ اِلَّااللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ يُحْيِ وَيُمِيتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيئٍ قَدِيرٌ

صَلُّوْا سُنَّةَ الْوِتْرِ ثَلَاثَ رَكَعَاتٍ جَامِعَةَ رَحِمَكُمُ اللهُ
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْقُدُّوسِ 3x
سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْمَوْجُوْدِ، سُبْحَانَ الْمَلِكِ الْحَيِّ الَّذِي لَا يَنَامُ وَلَا يَمُوْتُ وَلَا يَفُوْتُ أَبَدًا، سُبُّوْحٌ قُدُّوْسٌ رَبُّنَا وَرَبُّ الْمَلآئِكَةِ وَالرُّوْحِ، سُبْحَانَ اللهْ وَالْحَمْدُ لِلهْ وَلآ اِلَهَ اِلَّا اللهْ وَاللهُ اَكْبَرُ، وَلَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Doa Setelah Shalat Witir
اَللهُمَّ إِنَّا نَسْـأَلُكَ اِيْمَانًا دَائِمًا، وَنَسْأَلُكَ قَلْبًا خَاشِعًا، وَنَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا، وَنَسْأَلُكَ يَقِيْنًا صَادِقًا، وَنَسْأَلُكَ عَمَلاً صَالِحًا، وَنَسْأَلُكَ دِيْنًا قَيِّمًا، وَنَسْأَلُكَ خَيْرًا كَثِيْرًا، وَنَسْأَلُكَ الْعَفْوَ وَالْعَافِيَةَ، وَنَسْأَلُكَ تَمَامَ الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الشُّكْرَ عَلَى الْعَافِيَةِ، وَنَسْأَلُكَ الْغِنَاءَ عَنِ النَّاسِ، اَللهُمَّ رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَتَخُشُّعَنَا وَتَضَرُّعَنَا وَتَعَبُّدَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا يَا اَللهُ يَا اَللهُ يَا اَللهُ يَا اَرْحَمَ الرَّحِمِيْنَ.
وَصَلَّى اللهُ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ، وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

LAFAZH NIAT PUASA
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ اَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ هذِهِ السَّنَةِ ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu Shauma Ghodin 'An Adaa'i Fardhi Syahri Romadhoona Haadzihis Sanati Lillahi Ta'ala

Artinya : Saya niat berpuasa esok hari untuk menunaikan fardhu di bulan Ramadhan tahun ini, karena Allah Ta'ala