Selasa, 02 September 2025

Menikmat Sepi.. (Puisi)


Aku...

bukanlah pribadi
yang suka muncul ke permukaan
dengan obsesi yang menyala-nyala,
memaksa dunia melihat apa yang ku-punya.

Aku...
lebih suka memilih diam,
menyulam makna dalam percakapan seadanya,
membiarkan waktu yang membuka,
bukan topeng yang kau kira nyata.

Aku...
tak ingin memaksa dikenang
dengan teriak atau bendera,
aku hanya ingin kita saling mengenal
seperti hujan mengenali tanah,
perlahan, jujur, tanpa rencana.

Jika kau sabar,
kau akan tahu isi hatiku
bukan dari apa yang kukatakan
bukan dari apa yang mereka bicarakan
tapi dari bagaimana aku tetap tinggal
saat dunia memilih pergi.

Jumat, 25 Juli 2025

Contoh Sederhana Kata Sambutan Lamaran Nikah Mewakili Keluarga Laki-laki

 

Berikut ini contoh sederhana Kata Sambutan Lamaran Nikah Mewakili Keluarga Laki-laki. Pembaca boleh menyesuaikan dengan kondisi dan objek bicara masing-masing.

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin. Segala puji bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, yang telah menyatukan hati-hati kita dalam ikatan silaturahmi yang penuh kasih dan keberkahan. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, sang pembawa cahaya dan teladan utama dalam kehidupan umat manusia.

 Bapak-bapak, ibu-ibu, dan seluruh keluarga besar yang kami hormati dan muliakan,

Kami bersyukur kepada Allah karena pada malam hari yang penuh kehangatan ini, kita dipertemukan dalam suasana yang insyaAllah penuh berkah. Sebuah pertemuan yang bukan hanya mempererat tali silaturahmi antarkedua keluarga, tapi juga menjadi awal dari perjalanan baru yang akan kami mohonkan izin serta restunya dari keluarga besar di sini.

Shalawat dan salam mari senantiasa kita hadiahkan kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan harapan semoga kita semua mendapat syafaat beliau di hari akhir kelak. Aamiin ya Rabbal ‘alamin.

Pertama-tama, izinkan saya mewakili keluarga besar dari pihak laki-laki, khususnya keluarga Bapak Ahmad Rodhi dan Ibu Sri, menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya atas sambutan hangat dan penuh kekeluargaan yang kami rasakan sejak pertama kali kami menginjakkan kaki di rumah ini. Kehadiran kami mungkin merepotkan, namun percayalah, kami sangat menghargai segala bentuk penerimaan dan keramahan yang diberikan.

Kedua, kami hadir di sini membawa niat baik dan maksud mulia. Dengan segala kerendahan hati, kami datang untuk menyampaikan hajat dari adik kami tercinta, Ananda [Nama Laki-laki], yang dengan sepenuh hati dan dilandasi niat yang tulus karena Allah, bermaksud meminang putri Bapak [Nama Ayah Perempuan] dan Ibu [Nama Ibu Perempuan], yakni Adinda [Nama Perempuan]. 

InsyaAllah, niat ini bukan semata karena rasa suka atau cinta, tapi juga karena ingin menjalankan perintah agama dalam menyempurnakan separuh agama. Maka besar harapan kami, niat baik ini dapat diterima dengan lapang dada dan penuh keikhlasan oleh keluarga besar yang kami hormati ini.

Kami pun memahami bahwa lamaran ini adalah permulaan, langkah awal dari proses yang panjang dan penuh pertimbangan. Namun kami percaya, jika dilandasi dengan niat baik, insyaAllah Allah akan membukakan pintu-pintu kemudahan dan memberkahi setiap langkahnya.

Izinkan kami menutup sambutan ini dengan beberapa bait pantun sebagai ungkapan rasa bahagia dan harapan tulus:

Kalau bukan karena gerimis senja

Tak tumbuh subur bunga di taman

Kalau bukan karena cinta yang nyata

Tak datang kami membawa rombongan

 

Dari Tanjungpinang ke Pulau Penyengat

Singgah sejenak membeli atap

Bila hati telah sama sepakat

Tinggal kita pilih hari yang mantap

 

Biji selasih ditanam rapi

Disiram kasih tumbuh berseri

Bersama engkaulah pilihanku kini

Meniti hidup hingga akhir nanti

Kami juga membawa sedikit hantaran sebagai bentuk keseriusan dan penghormatan, serta bentuk jalinan kasih diantara kedua hati yang saling mengikat. Mungkin apa yang kami bawa ini tidaklah mewah atau berlebihan, tetapi semua kami siapkan dengan sepenuh hati, sebagai tanda cinta, niat baik, dan komitmen dari anak kami dan seluruh keluarga.


Semoga apa yang kami serahkan hari ini bisa diterima dengan senyum dan hati yang terbuka, sebagaimana bahagianya kami bisa bertemu dan bersilaturahmi dengan keluarga besar yang insya Allah akan segera menjadi bagian dari hidup kami.

Akhir kata, bila dalam tutur kata atau sikap kami terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Kesempurnaan hanya milik Allah, dan kami hanyalah manusia biasa yang tak luput dari kekhilafan.

Sampan kayu bermuatan lada

Melaju tenang menuju selatan

Jika tutur kami tak sempurna

Mohon maaf dari lubuk keikhlasan

 

Wallahul muwafiq ila aqwamit thariq.

Tsummas salamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


Bonus:
Kalau kita mencampur santan
Mesti diaduk sampai merata
Kalau sudah sampai di Kota Medan
Malas hati nak balik ke Jakarta

Kalau bukan karena tinta
Takkan kugubah sebagai puisi
Kalau bukan karena cinta
Takkan hadir aku disini

Ini bukan pantun melayu, tapi pantun merayu. 😃

Tadi disebut disini kopinya enak
Macam-macam jenis kopinya.
kopi Lintong tadi, Kopi apa?
Kopi Siti Kalang juga Ada. 
Tapi ada kopi yang lebih nikmat lagi Pak?
Kopi-Nang engkau dengan Bismillah. 

Kamis, 29 Mei 2025

Kita Disatukan Oleh Islam, Tidak ada Perbedaan Antara Arab dan Ajam (Non Arab)


Kita adalah satu umat yang dipersatukan oleh ikatan yang tak terlihat, namun amat kuat yaitu Islam. Kita semua menghadap kiblat yang sama, melafazkan kalimat yang sama, dan mengimani satu Tuhan yang Esa, dengan kalimat tauhid: Laa ilaaha illallah. Dalam pandangan Islam, tidak ada keunggulan antara orang Arab dan non-Arab (Ajam). Yang membedakan derajat manusia di sisi Allah hanyalah ketakwaan, bukan ras, suku, atau kebangsaan.

Sejarah Islam penuh dengan teladan bahwa kehebatan dan kemuliaan tidak terbatas pada satu bangsa. Shalahuddin Al-Ayyubi, sang penakluk Baitul Maqdis (Yerusalem), bukan dari suku Arab, melainkan berasal dari bangsa Kurdi yang kini wilayahnya terbentang di Irak utara, Suriah utara, Turki tenggara, dan Iran barat. Hanya Umar bin Khattab yang berhasil membebaskan Yerusalem yang berasal dari bangsa Arab. Maka, tidak mengherankan jika harapan umat kini banyak tertuju pada sosok dari negeri jauh, non-Arab, untuk kembali membebaskan Al-Aqsa.

Begitu pula dengan Thariq bin Ziyad, penakluk Andalusia, yang berasal dari bangsa Berber Afrika Utara, sebuah bangsa non-Arab. Muhammad Al-Fatih, pemuda penakluk Konstantinopel, adalah keturunan Turki. Saifuddin Quthuz, yang menghentikan gelombang serangan pasukan Tatar, merupakan seorang Mamluk, berasal dari kawasan Asia Tengah. Barakah Khan (Berke Khan), pemimpin Mongol pertama yang masuk Islam dan menolak aliansi dengan Hulagu Khan, adalah keturunan bangsa Mongol.

Mereka semua datang dari latar belakang etnis, bahasa, dan budaya yang berbeda, namun dipersatukan oleh satu identitas: keimanan kepada Allah dan kecintaan kepada agama Islam. Mereka adalah pahlawan sejati—"The Real Superheroes"—bukan karena darah bangsawan atau keturunan ningrat, melainkan karena pengabdian total mereka kepada Islam.

Tak hanya para pahlawan, tetapi juga para ulama besar yang meletakkan fondasi keilmuan Islam berasal dari luar Jazirah Arab. Imam Bukhari (Uzbekistan), Imam Muslim (Iran), Ibnu Majah (Iran barat laut), Abu Dawud (wilayah Iran-Afghanistan), Imam Tirmidzi (Uzbekistan selatan), dan Imam Nasa’i (Turkmenistan), mereka semua berasal dari negeri-negeri non-Arab. Namun karya-karya mereka, termasuk Kutubus Sittah (enam kitab hadis utama), menjadi rujukan utama umat Islam sedunia setelah Al-Qur’an.

Mereka tidak hanya menyumbangkan ilmu, tapi juga membuktikan bahwa Islam adalah peradaban yang universal, bukan milik satu etnis atau bangsa.

Islam memang lahir di tanah Arab, namun sama sekali tidak eksklusif untuk bangsa Arab. Allah tidak mengistimewakan suatu kaum kecuali dengan takwa. Lihatlah: Abu Lahab, paman Nabi yang berasal dari Bani Hasyim, suku mulia Quraisy, dijanjikan neraka. Sementara Bilal bin Rabah, budak dari Habasyah (Ethiopia), dijamin surga. Abu Jahal, tokoh Quraisy, juga bernasib sama. Sedangkan Salman Al-Farisi dari Persia dan Shuhaib Ar-Rumi yang berasal dari Romawi, termasuk ahli surga.

Orang-orang yang dianggap tinggi oleh masyarakat karena nasab dan harta, ternyata banyak yang binasa karena kesombongan. Sebaliknya, mereka yang dulu tertindas dan dipandang rendah, justru ditinggikan oleh Allah karena keikhlasan dan ketakwaan mereka.

Kita dimuliakan karena Islam, dan sebaliknya, akan dihinakan jika meninggalkannya. Kejayaan dalam ilmu pengetahuan, budaya, ekonomi, dan kekuatan militer, semuanya bersumber dari satu identitas kebanggaan yang sejati: Islam.

Label apapun yang melekat pada tubuh kita—status sosial, suku, warna kulit, kebangsaan—semuanya akan tak bermakna jika kita terjebak dalam fanatisme jahiliyah yang mengutamakan identitas lahiriah di atas iman.

Umat Islam hanya akan kembali mulia jika mereka menjadikan Islam sebagai identitas utama mereka. Ketika cinta terhadap agama dan Nabi Muhammad SAW mengalahkan batas-batas negara, etnis, dan golongan, maka di situlah izzah (kemuliaan) umat akan kembali terangkat.

Sebaliknya, mereka yang hanya membanggakan tahta, harta, dan warisan nenek moyang, tanpa menjadikan Islam sebagai pegangan hidup, hanyalah terperangkap dalam ilusi kejayaan semu yang akan runtuh saat realitas menuntut makna sejati dari hidup ini. Lalu ia akan terpenjara dalam halusinasi semboyan-semboyan kosong yang tak bermakna.


Sumber: Facebook Yuuf Al-Amien

Senin, 26 Mei 2025

Belajar Qiroah

 


Sekitar tahun 2000-an awal, saya pernah diajak menghadiri kenduri (kondangan) oleh salah satu guru saya ke kota palembang, saat itu saya masih kelas tiga MTs (setara SMP). tidak ada yang istimewa sih dalam acara itu, hanya saja ada satu momen yang membuat saya mengerutkan kening sekaligus merasa aneh karena mendengar bacaan Al-Qur'an seorang Qori' di acara tersebut sangat asing di telinga. Bacaan yang dibaca Qori' tersebut sangat tidak familiar bahkan belum pernah saya dengar sama sekali.

Singkat cerita, sepulang dari acara tersebut dengan memberanikan diri saya bertanya kepada guru saya yang mengajak ke acara tersebut. Beliau lalu menjelaskan bahwa tata cara baca Al-Qur'an itu variatif, ada 7 bahkan 10 riwayat yang masyhur dalam ilmu qiro'ah. Sejak itulah saya pertama kali mendengar istilah qiro'ah sab'ah. Sampai waktu saya naik kelas 1 Aliyah (SMA) kami mulai diajarkan materi ulumul qur'an, di materi itulah kita diajarkan tentang ilmu qiro'ah dan imamnya seperti; Imam Nafi’ bin Abdurrahman (w. 169 H). Imam Abdullah bin Katsir (w. 120 H). Imam Abu Amr (w. 154 H). Imam Abdullah Ibnu Amir (w. 118 H). Imam Ashim bin Abi Al-Najud Al-Kufiy (w. 128 H). Imam Hamzah bin Al-Zayyat (w. 156 H). Imam Ali bin Hamzah Al-Kisa'i.

Sementara kita di Indonesia menggunakan qiro'at Imam Ashim dengan jalur riwayat Imam Hafsh dan dengan cara (Thariqah) As-Syâthibi. Riwayat bacaan inilah yang difokuskan pengajarannya oleh guru-guru ngaji kita dulu, sehingga wajar jika kemudian ada yang merasa aneh ketika mendengar bacaan yang berbeda, sebab jarang sekali qiro'ah sab'ah tersebut diajarkan kecuali hanya di beberapa lembaga saja. Kalau pun diajarkan, tidak semuanya juga yang langsung mengajarkan praktek cara bacanya.

Buku yang saya pegang ini salah satu matan atau nazhom yang dikarang oleh Imam As-Syathibi tentang ilmu qiro'ah. Saya berkali-kali berkerut kening dalam usaha memahami makna kalimat perkalimat yang disampaikan oleh pensayarah kitab ini, tidak jarang saya harus bolak balik buka kamus lagi 🙂

Allahummarzuqna uluuman naafi'a...